KUALITAS PRIBADI SEORANG KONSELORDiringkas oleh: S. Setyawati
Hal
yang paling penting untuk dimiliki seorang konselor Kristen adalah
karakter dan kepribadian yang luhur, yang tidak berfokus untuk
membesarkan dirinya sendiri.
Dr. C.W. Saleeby, penganut Eugenics
(ilmu terapan khusus bio-sosial) Inggris, dalam bukunya "Worry: the
Disease of the Age", menjelaskan dengan tegas bahwa dokter sangat
berperan dalam menolong pasien agar tidak khawatir karena pikiran pasien
memengaruhi apakah ia akan tetap hidup dan pulih, atau tidak.
Konselor
yang memiliki pikiran sehat dan karakter yang kuat dapat menolong
konseli dengan lebih baik. Seorang konselor yang berkarakter tentu mau
menemui konselinya dengan senang hati sehingga konseli merasa nyaman.
Dengan penampilannya yang menarik, serta kata-kata dan tingkah laku yang
baik, konselor memberikan kesan kuat, percaya diri, berkualitas dalam
kepemimpinan, dan membangkitkan rasa percaya diri dan harapan kepada
konseli.
Seorang konselor Kristen yang berkarakter memiliki
persekutuan dengan Allah dan rasa simpati kepada orang lain serta rasa
empati yang mencakup belas kasihan terhadap kegagalan dan kelemahan
manusia, dan kasih kepada orang lain. Seorang konselor pertama-tama
harus memiliki pemahaman yang benar tentang dirinya sendiri. Walaupun
kita tidak dapat benar-benar mengenali diri sendiri dengan baik dan
mudah menipu diri sendiri untuk mencapai tujuan kita, penting bagi kita
untuk berusaha mengenali diri kita sendiri dengan pertolongan Tuhan.
Mazmur 139:23-24 berkata, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah
hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah apakah
jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" Hanya Allah yang
mengenal diri kita; hanya Dia yang dapat membebaskan kita dari kutuk
kesalahan-kesalahan yang tersembunyi.
Bagi konselor, belajar
mengenal Allah dan diri sendiri sama-sama penting. Seseorang dapat
terlalu lunak atau kasar dalam menghakimi diri sendiri. Ia bisa sangat
mudah memaafkan atau menyalahkan dirinya sendiri. Berbeda dengan Allah,
penghakiman-Nya sangat adil. Ia memeriksa manusia untuk menguak
rahasia-rahasia terdalam dalam hatinya, lalu membersihkannya dan
menuntunnya ke jalan yang benar.
Seorang konselor tidak akan
dapat memahami kesulitan-kesulitan orang lain dengan benar sebelum ia
sendiri memahami kesulitannya. Ralph Waldo Emerson berkata, "Ada satu
pemikiran yang umum pada semua individu. Setiap orang adalah ceruk yang
sama, dan semua orang adalah sama." Dan, Mark Twain menyetujui
pernyataan Emerson dengan menyatakan bahwa tahun demi tahun ia semakin
menyadari dan meyakini bahwa dia memiliki kemiripan dengan orang lain,
entah sifat baik atau buruk. Voltaire juga mengamati persamaan mendasar
dari beberapa orang, dia mengatakan bahwa dengan sedikit imajinasi dan
hati, seseorang dapat mengerti hal-hal yang ada di dalam manusia pada
umumnya.
Sainte-Beuve, kritikus literatur Perancis, menyatakan
bahwa seseorang dapat memasuki kehidupannya yang terdalam tanpa harus
meninggalkan dirinya sendiri. Dr. Jung dalam bukunya "Modern Man in
Search of A Soul" menuliskan, "Di dalam setiap orang terdapat sifat
jenius, jahat, dan suci". George Santayana, seorang filsuf modern,
mengatakan adanya kesulitan besar yang menghadang setiap orang yang
ingin berhasil menyelidiki kepribadian mereka sendiri. Pernyataan yang
senada ditemukan juga di Mesir pada tahun 1993, yang ditulis pada sebuah
papirus dalam bahasa Yunani yang berbunyi, "Kerajaan surga ada di
antara kamu, dan siapa pun yang mengenal dirinya sendiri akan
menemukannya."
Perkembangan ilmu pengetahuan tentang kepribadian
manusia baru dimulai pada abad XX, yang menyimbolkan keseganan kita
untuk menghadapi diri kita sendiri. Kita tidak akan dapat menghancurkan
atau mengatur bias diri di dalam kepribadian kita sendiri kalau kita
tidak mau melakukannya. Oleh karena itu, para konselor profesional
biasanya disarankan untuk mengikuti tes psikoanalisa bersama psikoanalis
(ahli menganalisis jiwa) yang terlatih. Ini akan menolong calon
konselor untuk memperoleh pengertian yang dalam tentang masalah-masalah
dan kesulitan-kesulitannya. Namun, bagi konselor Kristen disarankan juga
untuk bekerja sama dengan psikiater yang mampu dan memiliki simpati
dengan kekristenan. Dr. Karen Horney, seorang analis yang sangat
kompeten, juga menyarankan agar calon konselor menganalisis diri
sendiri. Hal ini berguna bagi calon konselor untuk merasionalisasi
dirinya sendiri, sekaligus memberi pengertian yang lebih baik mengenai
kehidupan rohaninya sendiri.
Dengan mengenali diri sendiri,
konselor tidak akan cenderung membenarkan diri sendiri dan mencari-cari
kesalahan orang lain. Bagi seorang konselor yang mau melihat ke dalam
hatinya sendiri, ia tidak memerlukan pengakuan orang lain untuk
meningkatkan percaya dirinya. Selain itu, konselor harus semakin rendah
hati agar tidak cenderung menghakimi sesama. Dengan begitu, konseli yang
mau mengakui dan menyesali perbuatannya yang salah, tidak melihat tanda
memalukan dan menjijikkan pada wajah dan sikap konselor, seperti wanita
pendosa yang mengurapi kaki Yesus di rumah Simon.
Konseli
tersulit yang akan dihadapi konselor adalah mereka yang merasa dirinya
benar, yang menutup pintu akses kepada anugerah dan belas kasih Allah
dengan tangannya sendiri. Konselor Kristen harus memastikan bahwa tidak
ada sifat "orang Farisi" yang melekat dalam karakter konseli yang
dilayaninya. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika konselor mengganti
celaan terhadap dosa orang lain dengan usaha keras dan teguh untuk
mengenal dirinya sendiri.
Ketika melayani konseli, konselor
mungkin akan mendapati dosa-dosa yang diakui oleh konseli. Akan tetapi,
konselor tidak boleh membiarkan rasa muak menguasainya hingga ia
menghakimi konseli. Ia pun tidak layak merasa diri lebih benar
dibandingkan konseli yang mengaku dosa di hadapannya. Bisa saja
pengakuan dosa yang dilakukan konseli menyingkapkan bahwa di dalam
kehidupan konselor sendiri ada dosa yang tidak terdeteksi dan tidak
diakuinya di hadapan Allah. Karena itu, kita harus menyerahkan
penghakiman kepada Allah. Hanya Dia yang berhak menghakimi karena Ialah
yang mengetahui dan memahami hati manusia.
Allah sendiri yang
mengetahui dengan pasti setiap kelemahan dan kekuatan kita. Ia
mengetahui kerinduan kita untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dan
betapa malunya kita atas kesalahan-kesalahan yang sering terulang. Allah
mengetahui apa yang kita lawan dan kemenangan kecil yang sudah kita
dapatkan. Jika kita mengalami kesulitan, libatkan Tuhan untuk menolong
kita. Bagian kita adalah mencoba mengerti dan membantu konseli.
Konselor
Kristen perlu mengembangkan sikap dan jiwa yang memacu optimisme, rasa
percaya diri, pengharapan, dan membesarkan hati. Seperti yang Yesus
katakan kepada seseorang yang kesalahannya secara nyata tidak dapat
disangkal, "Aku juga tidak menghukum kamu: pergilah, dan jangan berbuat
dosa lagi." Hal yang Ia tawarkan kepada semua orang yang menyesali
dosa-dosanya, yang berkecil hati, adalah pintu dan gerbang yang terbuka
serta permulaan yang baru. Ini merupakan pesan pemulihan, pengembalian,
dan penyelamatan.
Kita perlu mengingatkan konseli kepada
kegagalannya dan menolongnya untuk menyadari rasa sakitnya, rasa kecil
hati, dan patah semangatnya. Lalu, dengan kasih Kristus, kita menolong
mereka untuk membangun kembali rasa percaya diri dan harapan mereka.
Sering kali dalam khotbah akhir/awal tahun, jemaat diajak untuk
mengingat kembali kesalahan/kegagalan masa lalu dan didorong untuk
memperbaikinya pada tahun yang baru. Dengan demikian, jemaat tidak
terperangkap dalam perasaan hina, putus asa, dan depresi; tetapi
bersemangat karena masih memiliki Yesus dalam hati mereka dan Ia akan
menguatkan mereka untuk terus berjalan dan berkemenangan.
Konselor
Kristen yang sudah mengalami kekuatan Allah yang tidak terbatas secara
pribadi dapat melihat iring-iringan manusia, yang dahulu berkecil hati
karena kegagalan moral telah ditopang oleh kekuatan Kristus, dan
mendapatkan kemenangan yang pasti dan kekal. Hanya setelah mengalami
perasaan sesal dan sedih yang mendalam karena dosanya dan mengetahui
kebahagiaan dan kebebasan di dalam pengampunan Allah, konselor Kristen
dapat memimpin orang lain kepada pengalaman perubahan.
Sikap,
simpati, dan pengertian kita kepada orang lain, belas kasihan kepada
orang yang sedang mengalami masalah, ketenangan, iman yang
sungguh-sungguh di dalam Allah, dan keyakinan kepada Kristus yang
disertai kesaksian pribadi lebih meyakinkan konseli untuk mendengarkan
penguatan kita.
Konselor Kristen harus mengembangkan kehidupan
rohaninya dan bekerja sama dengan konselor Kristen lain yang benar-benar
tekun dan terlatih sehingga iman Anda semakin berkualitas untuk
mendapatkan kepercayaan dari para konseli, bahkan sebelum ia berhadapan
dengan masalah-masalah mereka. Satu hal yang harus diingat konselor
Kristen adalah memberitakan Kristus kepada konseli, dan menjadi mediator
antara konseli dengan Allah. Terkadang, kita harus menjadi "seperti
Allah" bagi konseli sehingga ia dapat menemukan Allah di dalam diri
kita.
Dalam pelayanan, konselor kadang bertemu dengan orang-orang
yang sulit percaya bahwa mereka dapat mengharapkan belas kasihan Allah,
mereka merasa bahwa pelanggaran mereka telah menempatkan mereka di luar
batas pengampunan ilahi. Dalam keadaan ini, kepribadian konselor akan
menjadi faktor yang menentukan, terutama pengalamannya di dalam
pengampunan Allah. Karena itu, konselor harus mampu meyakinkan orang
yang berdosa dengan tingkah laku dan perkataan, dengan pengertian yang
lengkap tentang masalahnya, dan dengan penuh simpati. Di titik ini,
konselor sebaiknya memperingatkan konseli yang tidak mampu menerima
pengampunan dengan hormat. Jika seorang konselor mendapati si konseli
yang menyesali dosanya terkubur dalam perasaan bersalah, ia harus
berjaga-jaga dan siap menolong perasaan tersebut tidak menjadi-jadi dan
membuat konseli mengalami sakit jiwa.
Akan tetapi, jika konseli
yang sudah berulang kali ditolong masih datang kembali kepada konselor
untuk melakukan pengakuan dosa yang baru, ini adalah tanda bahaya. Dari
tanda ini, kita dapat berasumsi bahwa konseli adalah orang yang
perfeksionis, yang cenderung tidak pernah merasa puas setelah
berkonseling. Jika memang begitu keadaannya, konselor harus menguak akar
yang menyebabkan orang itu menjadi perfeksionis. Di sisi lain,
ketidakmampuan menerima pengampunan dapat juga disebabkan oleh perasaan
bersalah yang muncul karena seseorang mengalami gangguan jiwa secara
umum, bukan karena ia terlalu merasa bersalah. Untuk kasus ini, lebih
baik sarankan konseli untuk meminta bantuan dokter jiwa.
Konselor
Kristen hanyalah "sarana", yang sanggup menopang, mengarahkan,
menolong, dan memulihkan konseli adalah Tuhan yang ada di dalam hati
konselor. Tuhan akan mengembangkan sesuatu di dalam pengertian-Nya atas
perasaan manusia, belas kasih-Nya atas kelemahan orang-orang, kesabaran,
keyakinan, ketenangan, kekuatan, dan kelembutan-Nya. (t\Yusak)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul asli buku: Psychology for Pastor and People
Judul bab: Personal Qualities of The Counselor
Penulis: John Sutherland Bonnell
Penerbit: Harper and Brothers Publishers, USA: New York
Halaman: 41 -- 52